PUSPEN TNI (6/12),- Panglima TNI Jenderal TNI
Moeldoko menerima pelaporan Korps Kenaikan Pangkat 13 Perwira Tinggi
(Pati) TNI, terdiri dari enam Pati TNI AD, dua Pati TNI AL dan lima Pati TNI
AU, bertempat di Ruang Hening Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Jum'at (6/12/2013).
Ke 13 Pati
TNI yang naik pangkat, yaitu TNI AD: Mayjen TNI Jaswandi (Aspers
Kasad), Brigjen TNI Karsiyanto (Kapusjarah TNI), Brigjen TNI Eko B. Soepriyanto
(Dirvet Ditjen Pothan Kemhan), Brigjen TNI Joni Supriyanto (Danpusdiklat
Intelstrat Kodiklat TNI), Brigjen TNI Achmad Yuliarto, S.Sos. (Danrem 161/Wsa
Kodam IX/Udy), Brigjen TNI Andika Perkasa, S.E., M.A., M.Sc., Ph.D.
(Kadispenad). TNI AL: Mayjen TNI (Mar) Mokh Suwandy Thahir (Pa Sahli Tk.
III Bid. Wassus & LH Panglima TNI), Laksma TNI Deddy Muhibah Pribadi, S.H.,
M.A.P. (Danlantamal VII). TNI AU: Marsda TNI Sujono (Pa Sahli Tk. III
Bid. Ekkudag Panglima TNI), Marsma TNI Amiruddin Akhmad (Kadislitbangau),
Marsma TNI Abimanyu Heru Antono (Pa Sahli Tk. II Bid. Sosbud HAM Panglima TNI),
Marsma TNI Sulastri Baso (Pati Sahli Kasau Bid. Iptek), Marsma TNI Dedy
Permadi, S.E., MMDS. (Pati Sahli Kasau Bid. Air Power)
Dalam
sambutannya Panglima TNI mengatakan para perwira yang saat ini naik pangkat
adalah generasi penerus TNI, yang harus mempunyai filosofi we are the
solution bagi kemajuan organisasi, sesuai kebijakan dan pola pikir
pimpinan, dihadapkan kepada tuntutan tugas TNI ke depan yang tidak semakin
ringan. Dalam kaitan tersebut, para perwira harus cerdas mencari peluang dari
sisi-sisi kebijakan yang dapat dikreatifitaskan, paling tidak mencari peluang
dari empat kebijakan jangka pendek yang telah dicanangkan, yaitu penguatan
kelembagaan Bais TNI, Kodiklat TNI dan Optimalisasi Interoperabilitas TNI,
serta upaya mengeliminasi ego sektoral yang memiliki dimensi penguatan
jati diri TNI.
Keempat
kebijakan tersebut, menurut Panglima TNI memiliki benang merah yang jelas
dengan peran, fungsi dan tugas para perwira, terutama dihadapkan kepada rencana
TNI membentuk tiga Komando Gabungan Wilayah Pertahanan. Oleh karena itu, para
perwira harus memahami substansi kebijakan dengan wawasan pengetahuan yang
luas.
Lebih lanjut
Jenderal TNI Moeldoko mengatakan penguatan kelembagaan baik Kodiklat maupun
Bais TNI harus ditinjau secara lebih komprehensif, dengan melihat simpul-simpul
atau sumbatan dan kendala-kendala terhadap optimalisasi pelaksanaan tugas, baik
dari aspek organisasi, personel, logistik dan piranti lunak, maupun legislasi
yang menjadi dasar operasional, bukan hanya ditinjau dari aspek mekanisme
hubungan kerja semata.
Sedangkan
optimalisasi interoperabilitas TNI harus dipandang secara lebih luas, baik dari
perspektif strategis maupun perspektif taktis. Pada perspektif strategis, interoperabilitas
harus didefinisikan sebagai harmonisasi persepsi, doktrin, rencana strategis
dan struktur kekuatan untuk memberikan arah bagi penetapan petunjuk
pelaksanaan, taktik, teknik dan strategi, akuisisi, pendidikan dan latihan
gabungan, serta penelitian dan pengembangan. Sedangkan perspektif taktis,
interoperabilitas harus dipahami sebagai suatu kesatuan usaha untuk membangun
kesepadanan unsur kekuatan dan unit dalam satu kekuatan utuh, dalam rangka
tugas membina wilayah, mengelola krisis, mengatasi ancaman dan memenangkan
perang, guna memenuhi tujuan strategis nasional. Sementara itu, eliminasi ego
sektoral merupakan totalitas upaya dalam penguatan kelembagaan, karena mustahil
TNI dapat profesional, militan, solid dan dicintai rakyat apabila ego sektoral
masih menjadi ciri berpikir para perwira TNI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar